Belakangan
ini media sosial Indonesia dipenuhi dengan informasi yang berkaitan dengan
pemilihan Presiden Indonesia 2014. Mulai dari Facebook, Twitter, Path, online
news didominasi dengan pemberitaan dan opini yang berkaitan dengan pasangan
capres dan cawapres yang tgl 9 Juli nanti akan berjibaku memperebutkan kursi RI
1 dan RI 2.
Salah
satu yang menarik dari fenomena penggunaan media sosial di Pemilu kali ini
adalah Negative campaign dan Black Campaign yang bertaburan di dunia maya. Negative
campaign / mudslinging didefinisikan sebagai upaya mendapatkan keuntungan dengan
menggiring opini publik kepada aspek negatif lawan atau kebijakan daripada
menekankan pada atribut positif atau kebijakan positif yang ada. Dan Black
campaign didefinisikan sebagai metode
untuk menjatuhkan lawan melalui isu-isu negatif tidak berdasar. There’s a huge
different between negative campaign and black campaign. Negative campaign
berdasarkan fakta yang memiliki persepsi negatif di mata publik. Sedangkan
black campaign tidak berdasarkan fakta yang benar. So pada saat kita membaca
opini dan pemberitaan capres dan cawapres tersebut kita harus pintar membedakan
apakah itu negative atau black campaign. Jangan terjebak oleh black campaign.
Be a smart reader.
Eh ini kenapa malah jadi ngomongin politik yah?!
Cukup soal sedikit pelajaran politiknya. I’m not really into politics anyway.
Beberapa yang lalu saat gw iseng liat-liat
postingan di Facebook sambil menunggu mata semakin berat dan tertidur, gw
menemukan artikel yang menarik. Artikel yang membahas mengenai peristiwa
kerusuhan May 1998 dengan angle apa
yang dialami oleh warga keturunan Tionghoa Indonesia saat itu. Dikisahkan dari sudut pandang salah satu kesaksian korban kekerasan dan
pemerkosaan. Artikel ini menceritakan dengan detail apa yang dialami sang
korban. Cerita yang menggambarkan kebiadaban masa gelap itu. Apa yang
dideskripsikan memang akan membuat hati geram.
Kemudian gw melihat komentar-komentar postingan ini.
Dan komentar-komentar yang gw baca sangat mencengangkan dan menyedihkan. Hampir
semua komentar yang tertulis di sana bernada kebencian. Wajar sih penuh
kebencian karena kejadian May 98 memang biadab. Tapi anehnya, komentar yang ada
bukanlah kebencian terhadap peristiwa tersebut. Bukan kebencian terhadap
perbuatan biadabnya. Tetapi kebencian terhadap ras ”pribumi”. Banyak kata-kata hujatan
yang menurut gw sangat tidak pantas dituliskan. Komentar-komentar penuh kebencian
ini sangat mengganggu gw.
Gw dari dulu tidak pernah suka dengan
pengkotak-kotakan manusia ke dalam ras ataupun agama. Ras dan agama memang ada
dan tidak dapat dipungkiri keberadaannya, tapi bukan berarti kedua hal tersebut
menjadi tembok yang membuat manusia saling membenci. The world won’t get better
with only one race or religion. Gw punya banyak teman yang bukan keturunan
Tionghoa and they’re great people! Gw keturunan Thionghoa dan gw tau persis tidak
semua orang Tionghoa benar. Ada juga yang korup, biadab, bengis. Your race doesn't determine
you as a human. Your action does! Dan komentar-komentar rasial itu menunjukan
betapa rendahnya pemahaman kita akan hidup di Indonesia yang beragam.
Gw juga nggak pernah merasa diri sangat
nasionalis, tapi dari yang gw pahami Indonesia adalah Negara yang penuh dengan
keragaman. Tidak ada yang salah dengan perbedaan. Yang salah adalah ketidak
mampuan manusia dalam mentoleransi keragaman. Gw tidak setuju dengan kejadian
May 98. Gw hidup di jaman itu. Gw tau apa yang terjadi di masa itu. Gw
mengutuki kejadian di bulan kelam itu. Tapi menimpakan kebencian dan kesalahan
kepada salah satu kelompok ras, buat gw itu terlalu picik. Terlalu naïf. Stop
Spreading Hatred Guys! Make Indonesia a better place to live by spreading LOVE and HOPE, not Hatred!
No comments:
Post a Comment