Friday, September 28, 2012

Bukan Sumur Biasa (BSB)


Hari ini gw mau ngobrolin soal sumur. Iya sumur. Jangan aneh, ini nggak ada hubungannya dengan kerjaan sampingan gw sebagai tukang gali sumur, ato kerjaan part time gw sebagai penggali kubur freelance; tapi sekedar sharing dari seorang ahli timba bersertifikasi internasional (???).  Pertama-tama buat anak-anak gaol fans berat Smash yang nggak pernah liat wujud sumur (kali aja cuma kenal shower), let me give you a brief explanation. Udah nonton film The Ring alias Sadako? Pasti udah donk. Nah, sebelum tuh setan gondrong nongol dari TV kan dia nongol dari sebuah lubang di tanah, itulah sumur. Kalo selama ini elo berpikir itu donat raksasa ato jaquzi antik,elo salah . Itu sumur. Udah deh jangan ngeyel, poko'nya itu sumur titik. Sekarang gw lanjutin cerita gw yah.

Di sebuah negeri entah berantah di desa nun jauh disana, ada seseorang yang kerjaannya hanya berlari mengelilingi sumur di depan pintu masuk desa sambil menggumamkan sebuah angka. Angka yang diucapkan senantiasa berubah. Setiap hari selalu bertambah. Kadang bertambah dua, lima, sepuluh, kadang lebih. Pokoknya selalu bertambah.

Suatu hari lewatlah seorang pengembara dari negeri seberang yang akan melintasi desa nun jauh disana ini. Dari kejauhan dia melihat aktivitas aneh sang penjaga sumur.

"Hei!!!" teriak si pengembara dari kejauhan, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"....." Penjaga sumur tetap hening

"Hei!!!! Kenapa kamu berlari mengitari sumur itu? Apa yang sedang kamu lakukan?" Teriak si pengembara lagi sambil berjalan menghampiri.

"..... 1577.... 1577..." Perlahan gumaman sang penjaga sumur terdengar seiring si pengembara mendekat.

"Hei, apa yang sedang kamu hitung?" Tanya si pengembara seraya makin mendekati sang penjaga sumur.

"1577...1577...1577...1577..." Gumam sang penjaga sumur tidak mengacuhkan pertanyaan si pengembara.

 "Apa sih yg kamu hitung?" Tanya si pengembara penasaran sambil melongok penuh rasa ingin tahu ke lubang sumur"

Tiba-tiba dengan gerakan sangat cepat sang penjaga sumur mendorong si pengembara ke dalam sumur.

"APA YANG KAAAAaaaaam..." Teriak panik si pengembara hilang tertelan dalamnya sumur.

Hening...

Sang penjaga sumur tersenyum kecil.

Kemudian kembali berlari mengitari sumur,

"1578...1578...1578...1578..."


Pernah mendengar kisah di atas? Mungkin sebagian dari kalian pernah tahu cerita tersebut. Ada dua hal menarik dari cerita itu menurut mata terawanagan gw (lulusan IPARMLIC- Institut Paranormal dan Ahli Ramal Mama Loreng International Collage-terakreditasi Ban A). Pertama, ketekunan sang penjaga sumur menunggu orang berikutnya datang. Kedua, bagaimana si pengembara perlahan mendekat ke tepian sumur karena rasa penasaran. Dua hal ini somehow mengingatkan gw dengan modus operandi penipu terulung sejagad raya. Gayus doank mah lewat sama oknum ini. Oknum ini nggak perlu wig buat kabur, karena wujudnya emang selalu berubah.  Nggak perlu pusing bersilat lidah memikirkan alasan, karena sedari orok pun tangisannya adalah kebohongan. Nggak bisa dibatasi dengan jeruji penjara, karena sampai saat ini pun belom ketangkep. You guys know who is it? Yups, the demon it self. Setan. Iblis. Lucifer. Dedemit. Jurik. Dan banyak sebutan lainnya.

Apa kesamaan sang penjaga sumur dengan iblis? Ketekunan. Ironis memang, sementara kita terkadang malas dan gampang nyerah; iblis itu sangat tekun dan pantang menyerah. Dia setia menanti kita lengah untuk mendorong jatuh kita. Dia seperti singa yang mengaum mengelilingi kita (1 Petrus 5:8). Apa yang dia lakukan sambil berkeliling? Menunggu. At some point, iblis adalah the right man at the wrong place. Iblis memiliki radar super peka yang mampu mendeteksi saat kita lemah dan tepat disanalah dia akan berada.

Iblis juga ternyata ahli strategi mengalahkan Napoleon Boneparte. Jarang iblis secara langsung mendorong kita ke dalam sumur kejatuhan. Seperti sang penjaga sumur, yang iblis lakukan adalah menarik kita terlebih dahulu ke tepian sumur. Saat di tepian sumur lah, pekerjaan iblis untuk menjatuhkan kita akan jauh lebih mudah. Cukup dicolek atau senggol sedikit dan kita melayang ke dasar sumur. Kapan iblis menarik kita ke tepian sumur? Simple, saat kita merasa lelah, saat kita menganggap diri kuat, dan saat kita jauh dari Tuhan. Pada saat-saat itulah kita harus extra waspada. Lengah sedikit, Hap langsung ditangkap.


Setiap kita punya sumur kejatuhan masing-masing. Ada yang punya satu. Sebagian lainnya punya dua. Sebagian lainnya punya lebih banyak lagi. Ada yang bergulat dengan pornografi dan mansturbasi. Ada yang bergumul dengan narkoba. Sebagian berjuang jatuh bangun (kaya lagu dangdut) dengan seks bebas. Sebagian lainnya dengan berbohong. Beberapa merasa rendah diri. Sementara beberapa lainnya berkutat dengan kesombongan. Sumur kita bisa jadi dangkal ataupun sangat dalam, tapi sebenarnya sama saja. Sumur kita adalah kejatuhan kita.


Apa sumur kejatuhan kita?
Dalam dosa apa selama ini kita jatuh bangun menang atasnya?


Jangan berhenti sampai hanya  mengetahui sumur kejatuhan kita. Ada yang lebih penting, yaitu mengenali pinggiran mulut sumur kita. Pinggiran sumur adalah alasan sesungguhnya kenapa kita jatuh ke dalam sumur. Kita tidak mungkin serta merta jatuh dalam percabulan, berbohong, jadi shop a holic akut,dll. Selalu ada alasan dibalik tindakan kita. Selalu ada situasi atau kondisi yang menggiring kita jatuh. Sebagian jatuh didorong oleh rasa tertolak dan kesendirian. Yang lain adalah perasaan tidak berharga. Beberapa dipicu oleh trauma atau kesalahan masa lalu.

Penting untuk mengetahui apa pinggiran sumur kita, karena itulah umpan perangkap yang digunakan iblis untuk menarik kita jatuh ke dalam sumur. Sangat penting untuk menyadari, mengakui, dan membereskan permasalahan tepi sumur karena itu pintu masuk utama kejatuhan kita. Percuma kita didoakan, ditumpangi tangan oleh pendeta, menggelepar-gelepar hebat dalam ritual pelepasan jika akar permasalahannya tidak dibenahi. Sebelum tepi sumur dibenahi, kita akan lebih mudah kembali jatuh. Dan saat kejatuhan yang kedua atau lebih atas dosa yang sama, akan menjadi lebih berat untuk pulih dan dibangkitkan, karena dapat membuat kita percaya bahwa kita tidak akan bisa dilepaskan dari dosa itu, lawong tumpangan tangan pendeta saja tidak mampu melepaskannya. Ingin melenyapkan rumput liar? Cabut sampai ke akar-akarnya.

Apa pinggiran sumur kita? Biasanya situasi atau kondisi apa yang mendorong kita jatuh ke dalam dosa yang sama itu?

Apa yang kita alami sebelum jatuh?
Perasaan kuat apa yang ada sebelum kita berulang kembali melakukan dosa itu?


Setelah iblis menarik kita ke pinggiran sumur dan mendorong kita jatuh, apakah dia berhenti di sana? Nope, itu baru setengah prosesnya. Proses selanjutnya adalah membuat kita tetap tinggal di dasar sumur, whatever the cost. Gimana caranya? Lihat kelanjutan kisah sang penjaga sumur dan pengembara.


"BRRRRUUUukKkKK, Arrrrggghhh!!!" Jerit si pengembara kesakitan di dasar sumur.

"Annnjjj**t!" Umpat si pengembara sambil mengucek mata menyesuaikan dengan kegelapan sumur.

Perlahan-lahan matanya mulai bisa beradaptasi dengan kegelapan sumur dan melihat sekeliling. Ternyata dasar sumur tidak sesempit yang dikiranya. Sangat luas malah.

"Wow!!!!"

Dasar sumur tidaklah seseram yang dikiranya. Sebaliknya, sangat menyenangkan. Ada double spring bed empuk yang tidak pernah dirasakan si pengembara seumur hidupnya. LED 60" tergantung di tembok sumur. Furniture mewah. Koleksi mobil antik. Karya seni dari berbagai belahan dunia. Dan yang paling menyenangkan, si pengembara tidak sendirian, dia ditemani oleh beberapa putri tercantik yang siap melayani dia.

Di meja kayu antik di sudut ruangan, ada sebuah welcome note. Tertulis: "Selamat datang di Mansion Delusive Pleasure" dimana seluruh keinginan hati anda akan menjadi kenyataan. Hanya perlu mengangkat telepon, ungkapan keinginan anda, dan kami akan mewujudkannya. Tertanda dengan penuh kasih, Lucifer-Owner of the Mansion"

" This is not bad at all. This is the best thing I've ever had" Pikir si pengembara

"Nggak ada salahnya tinggal sebentar kan?" Pikirnya lagi

Si pengembara pun menghabiskan sejenak waktunya menikmati semua fasilitas kemudahan dan kemewahan yang ada.

Sejenak berubah menjadi berhari-hari. Berhari-hari berubah menjadi bertahun-tahun. Sampai akhirnya si pengembara mulai merasa bosan. Si pengembara mulai merindukan hangatnya matahari sungguhan di kulitnya. Mulai mengidamkan belaian rumput saat dia berbaring di padang. Memimpikan kebebasannya. Si pengembara merasa terkungkung dalam segala kemudahan yang ada. Merasa kosong di tengah kelimpahan.

"Cukup! aku harus keluar dari sini. Aku muak di sini" tegas si pengembara dalam hati.

Tiba-tiba seluruh fasilitas mewah di dasar sumur hilang tak berbekas.  Sekarang sumur kosong, gelap, dingin.

"Nggak masalah, toh ak juga akan keluar dari sini" tekad si pengembara, sambil mendekati tembok sumur untuk mulai memanjat keluar.
Perlahan namun pasti si pengembara merayap memanjat tembok sumur. Dua meter menuju kebebasan, tembok sumur berubah menjadi tembok pecahan beling dan merobek tangan sang pengembara.

"Arrrrrggghhhh!!!" Jerit kesakitan si pengembara terpelanting dari ketinggian sambil memegang tangannya yang terluka.

Sumur itu sekarang tidak hanya semakin dalam tetapi juga tampak mustahil dipanjat dengan pecahan beling di seluruh permukaan temboknya. Meneruskan memanjat sama saja cari mati kehabisan darah. Si pengembara mulai kehilangan harapan untuk keluar dari sumur hidup-hidup. Bersamaan dengan surutnya semangat si pengembara, terdengarlah suara menggema di sumur. Suara sang penjaga sumur.

"Sudah, nggak udah cape-cape keluar dari sumur. Lebih baik tetap di dalam dengan segala fasilitasnya. Di atas sana lebih menyakitkan dari yang kamu kira. Di sini lebih aman, lebih enak" bujuk sang penjaga sumur.

"......" Si pengembara terdiam menimbang apa yang harus dilakukannya.

"Lagian juga kamu nggak layak di atas sana. Di atas sana hanya untuk orang-orang yang tidak mudah terbujuk. Tidak goblok seperti kamu. Orang bodoh lebih sesuai di sumur ini. Sudahlah, kamu tidak akan pernah bisa keluar dari sini. Jangan menyusahkan diri sendiri dengan berusaha. Menghabiskan energi!" Lanjut sang penjaga sumur.

"........" Dalam hati si pengembara mulai mengiyakan bujukan dan intimidasi sang penjaga sumur.


Guys, pernah dengar lanjutan diatas? Seharusnya sih nggak, krn gw baru aja ngarang cerita itu :). Tapi itulah yang kira-kira akan dilakukan iblis untuk membuat kita tidak keluar dari sumur. Pertama, dia akan memberikan kenikmatan dari kejatuhan kita, sehingga kita berpikir "this is not bad at all." Keinginan dan kebutuhan kita seakan-akan dipenuhi dengan berlimpah, sehingga rasa senang itu "mengkompensasi" rasa bersalah atau ketidaknyamanan kita. The bad news is: there's no such thing as free lunch for demon. Selalu ada harga yang dibayar untuk "kenikmatan semu" yang kita peroleh dari kejatuhan kita. Salah satunya sudah pasti hubungan dengan Tuhan. Salah lainnya bisa keluarga, keuangan, kesehatan, hubungan dengan orang lain.


Kedua,  iblis akan mempersulit jalan kita keluar. Dia bisa melakukannya melalui godaan tambahan untuk mengikat lebih kuat atau menggunakan rasa sakit untuk membuat kita berpikir dua kali untuk keluar. Rasa sakit bisa berupa penolakan saat kita mencoba menjadi benar. Hidup seakan bukan bertambah baik namun bertambah sulit saat kita mencoba bangkit. Atau proses keluarnya kita dari sumur kejatuhan malah mengorbankan hal-hal yang kita anggap penting dan berharga dalam hidup kita.

Guys, jangan terkecoh dengan cara kedua si iblis ini. Hidup benar atau bangkit dari kejatuhan tidak pernah mudah. Bahkan Yesus mengatakan yang mau mengikut Dia harus siap memikul salib. It means: Yes it won't be easy, it's going to be bumpy along the road. Bayangkan jari kita kesusupan duri. Apa yang kita rasakan awalnya? Pasti sakit dan tidak nyaman. Jika kita terus mendiamkan duri itu tertanam dalam daging kita, lama-lama kita terbiasa dan rasa tidak nyaman akan semakin berkurang. Tapi apakah jari kita sehat dengan keberadaan duri itu? Tidak. Duri itu tetap harus dikeluarkan. Pada saat duri itu dikeluarkan, pasti akan menyakitkan; Namun pada akhirnya baik untuk jari kita. Kebangkitan kita dari sumur akan menyakitkan karena disana ada pelepasan keakuan dan kenikmatan pribadi, namun itu tetap harus dilalui karena akan baik pada akhirnya.

Cara ketiga yang digunakan iblis untuk mengikat kita adalah, membujuk kita dengan meng-high light betapa menguntungkannya tetap berada di sumur dan betapa ruginya dan menyakitkannya jika kita keluar. Iblis akan bermain dengan otak matematika kita dan menggugat rasa nyaman kita. Kita akan melihat neraca pertimbangan untuk bangkit dari keterpurukan mengarah pada kerugian dengan sangat panjang kenikmatan yang harus dikorbankan.

Matematika sederhana seperti untung rugi dan memberikan nilai tertentu efektif untuk transaksi jual beli. Namun banyak hal di hidup kita yang tidak dapat diukur oleh ukuran nilai uang, waktu, atau apapun itu. Banyak hal yang begitu berharganya sehingga tidak ada nilai uang yang mampu membayarnya, contoh: tidur nyenyak, rasa damai, keluarga, kasih, rasa aman, dll. Jangan menjadi bimbang oleh kerugian yang disajikan iblis saat kita akan keluar dari sumur. Kejatuhan kita akan menghancurkan salah satu atau bahkan semua hal berharga yang tidak ternilai itu. Tidak ada angka yang mampu kita ajukan untuk membelinya kembali saat itu semua hilang dari kita.

Cara keempat dan merupakan salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan melakukan intimidasi bahwa kita memang seharusnya ada di dalam sumur. Kita tidak layak keluar dari sumur. Kita tidak berharga selain di dalam sumur saking dalamnya kita jatuh. Kita "ditakdirkan" tinggal dalam sumur. Ini senjata terakhir dan senjata favorit iblis, INTIMIDASI.

Ingat dan tanamkan beberapa konsep di bawah ini jika hal ini terjadi pada diri kita. Pertama, iblis adalah bapa segala pendusta (Yohanes 8:44), so nggak ada satupun perkataan yang keluar dari mulutnya benar. Termasuk soal bahwa kita tidak lagi berharga di mata Tuhan karena dosa yang telah kita lakukan. Tuhan tahu koq kalo kita sebagai manusia tidak akan pernah bisa sempurna. Dia tahu bahwa kecenderungan manusia adalah berbuat dosa (Matius 26:41). Dia tidak mengharapkan kita menjadi sempurna, karena memang kita tidak akan pernah bisa (Mazmur 103:14). Itulahnya sebabnya Dia turun ke dalam dunia dan mati di atas kayu salib bagi kita, untuk menebus ketidaksempurnaan kita (Markus 2:17).


Kedua, Tuhan tidak membenci kita. Dia membenci dosa yang ada pada kita, tapi tidak pernah membenci kita. Pelanggaran kita tidak akan pernah bisa mengubah takaran kasihNya bagi kita, karena kasihnya tetap sempurna, tidak akan pernah berubah (Mazmur 103:17).

Ketiga, namun bukan berarti karena kasihNya tidak terpengaruh oleh kebaikan atau pelanggaran kita, kita bebas untuk berbuat dosa seenak udel. Apa yang kita lakukan akan selalu harus dipertanggungjawabkan dan selalu ada akibatnya. Berlaku hukum tabur tuai (Galatia 6:7). So selalu lakukan pengakuan dosa dan pertobatan saat kita jatuh ke dalam dosa. Minta hubungan kita dan Tuhan kembali dipulihkan (1 Yohanes 1:9). Bertobat artinya berbalik arah dari dosa dan meninggalkannya. Baca sekali lagi dengan perlahan,BERBALIK arah dari dosa dan MENINGGALKANNYA. Pertobatan tidak bersifat pasif namun aktif. Ada tindakan preventif yang dilakukan untuk tidak kembali ke dosa yang sama. Non-komprmistis terhadap dosa yang sama ataupun faktor lain yang menggiring kita ke dosa itu.
Jika kita masih menyimpan dvd porno padahal kita mengatakan sudah bertobat, itu namanya bukan bertobat, namun mempermainkan Tuhan. Jika kita ingin lepas dari dosa menggosip namun kita masih tetap menghabiskan waktu menikmati gosip dari mulut orang lain, itu bukanlah pertobatan, itu memasang bom waktu di leher. Ingat, pertobatan mengandung tiga hal ini: Pengakuan dosaMeninggalkan dosa, dan Tindakan prevetif aktif.

Setelah mengaku dosa, mohon pengampunan, dan bertobat; amat penting untuk beriman bahwa pengampunan dosa telah dicurahkan. Jika kita tidak percaya dengan iman kalau Tuhan sudah mengampuni, maka iblis dapat menggunakan keraguan kita untuk mengintimidasi kita kembali. Setiap kali kita merasa terintimidasi sekalipun kita telah mohon pengampunan dan bertobat, ingat ayat ini : "Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya daripada kita pelanggaran kita" (Mazmur 103:12).

Gw sama seperti sebagian dari kalian pernah jadi si pengembara, bahkan sampai saat ini gw masih perlu berjuang hari lepas hari untuk nggak berada di tepian sumur kejatuhan gw. Hal ini yang ngedorong gw untuk nulis tema ini. Remember guys:

1. Cari tau apa sumur dan tepian sumur kita.
2. Jika saat ini kita ada di dalam sumur,sadari empat cara iblis utk membuat kita tetap tinggal di dasar sumur.
3. Bangkitlah. Keluar dr sumur. Tempat kita bukan disana! 

Selamat memanjat Guys, by God's power you can make it! :)



No comments:

Post a Comment