Tulisan ini bukan dibuat
untuk menggurui karena saya bukanlah seorang family therapist. Bahkan pada
kenyataannya sampai detik ini saya masih belajar bagaimana membentuk sebuah kehidupan
berkeluarga yang benar lewat keluarga kecil yang baru terbentuk sekitar kurang
lebih 9 bulan. Masih sangat sangat muda memang. Tulisan ini juga bukan dibuat
untuk menunjukkan kepada dunia nyata ataupun maya betapa sempurnanya keluarga
saya karena keluarga saya sangat sangat sangat jauh dari sempurna. Keluarga
saya sama “bermasalahnya” seperti keluarga-keluarga lain di belahan dunia mana
pun. Tulisan ini dibuat karena saya ingin berbagi mengenai apa yang saya serap,
kecap, rasakan, dan pikirkan dalam 33 tahun saya hidup dalam sebuah keluarga.
Pemikiran yang bisa jadi benar, bisa juga salah. These all simply what I capture
from my life and thought.
Keluarga besar saya, seperti
keluarga lain umumnya, punya banyak kisah. Punya banyak tokoh menarik. Setiap
keluarga biasanya punya label yang secara sadar ataupun tidak sadar disematkan
di masing-masing anggota keluarganya, seperti: tukang tidur, boros, selalu
benar, sok tahu, manja, cengeng, tukang ngatur, tante bawel, metal a.k.a mellow
total, om pelit, jorok, jarang mandi, keras kepala, pemberontak, dll. Saya
yakin saat membaca label-label tadi ada wajah-wajah anggota keluarga yang
melintas di benak kita. Yups, our family is a bunch of imperfect people live
together. Keluarga adalah kumpulan orang-orang tidak sempurna -yang luar
biasanya- disatukan dalam sebuah pertalian darah dan perkawinan dan
berinteraksi dengan cukup intens. Bayangkan betapa chaos nya keadaan yang akan
dihasilkan. So first thought, kalau keluarga kita bermasalah dan tidak
sempurna, tidak perlu stress. Ini wajar. Teramat sangat manusiawi. Tuntutan
terhadap kesempurnaan hanya akan menghasilkan kekecewaan dan keributan.
Di sisi lain, keluarga
seharusnya merupakan unit terkecil perwujudan Kerajaan Allah di dunia. God
creates family in order for it to reflect Godly value on earth. Keluarga adalah
idenya Tuhan (Kejadian 2:24). Bagaimana mungkin membentuk gambaran Kerajaan Allah d
bumi lewat keluarga yang notabene adalah kumpulan orang-orang yang jauh dari
kata sempurna? This is where Love takes part.
Bayangkan setiap anggota
keluarga dalam ketidaksempurnaanya sebagai potongan keramik. Ada yang bentuknya
segitiga. Ada yang bentuk nya setengah lingkaran. Ada yang bentuknya segi
delapan. Potongan-potongan ini baru akan dapat menjadi sebuah guci yang cantik
kalau direkatkan dengan kuat. Potongan-potongan keramik yang awaknya tidak
sempurna menjadi memiliki fungsi dan memberikan nilai keindahan saat disatukan.
Kasih adalah perekat yang menyatukan pecahan-pecahan ketidaksempuranan menjadi
gambaran yang indah. Kalau hubungan dalam keluarga kita retak atau pecah, mungkin kasih di dalam keluarga kita mulai tawar.
Easy to say but really
difficult to do. Yups, mengasihi memang tidak pernah mudah. Telebih mengasihi
orang yang menurut kita menyebalkan. Diperlukan kedewasaan untuk dapat
mengasihi orang lain sebagaimana adanya mereka namun menolak membiarkan mereka
seadanya. Diperlukan kerendahan hati untuk dapat memaafkan namun tidak bersikap
yang paling benar. Diperlukan hikmat untuk dapat mengasihi sekaligus mengajar. Again,
yups mengasihi tidaklah mudah. Itulah sebabnya kasih adalah yang terbesar
diantara iman dan pengharapan (1 Korintus 13:13). Karena saat kasih ditunjukan,
disana iman nampak dan pengharapan tidak lenyap.
Now, let’s bring this
concept to the ground. What's fundamental? What should we do?
Firstly, bersyukur atas
kondisi keluarga apapun yang kita miliki. Kita tidak pernah dapat memilih siapa
yang menjadi keluarga kita, tapi kita selalu dapat memilih untuk mencintai atau
membenci. Bersyukur atau mengeluh. Memahami atau mengabaikan.
Secondly, belajar menerima
dan melihar dari sudut pandang yang lain. It’s easier to judge than to
understand. Lebih mudah untuk menghakimi daripada mencoba memahami. Kasih tidak
menghakimi. Kasih mencoba mengerti dan memahami. Saat sepertinya terlalu sulit
untuk mengasihi ingatlah kalau kita pun sebenarnya orang yang sulit untuk dikasihi.
Don’t win a fight but lose a relationship, it’s not worth it. It is stupid.
Thirdly and the last, Kita bisa jadi tidak memiliki kendali atas keadaan, namun kita selalu punya kendali atas tindakan. Artinya kita punya kendali atas keluarga kita melalui tindakan yang kita lakukan. So stop complaining and start spreading LOVE in our family.
Remember this: Family is God’s gift for us. Relationship within it is our gift
to God.
No comments:
Post a Comment