Saturday, August 2, 2014

Let's talk about FAMILY





Tulisan ini bukan dibuat untuk menggurui karena saya bukanlah seorang family therapist. Bahkan pada kenyataannya sampai detik ini saya masih belajar bagaimana membentuk sebuah kehidupan berkeluarga yang benar lewat keluarga kecil yang baru terbentuk sekitar kurang lebih 9 bulan. Masih sangat sangat muda memang. Tulisan ini juga bukan dibuat untuk menunjukkan kepada dunia nyata ataupun maya betapa sempurnanya keluarga saya karena keluarga saya sangat sangat sangat jauh dari sempurna. Keluarga saya sama “bermasalahnya” seperti keluarga-keluarga lain di belahan dunia mana pun. Tulisan ini dibuat karena saya ingin berbagi mengenai apa yang saya serap, kecap, rasakan, dan pikirkan dalam 33 tahun saya hidup dalam sebuah keluarga. Pemikiran yang bisa jadi benar, bisa juga salah. These all simply what I capture from my life and thought.



Keluarga besar saya, seperti keluarga lain umumnya, punya banyak kisah. Punya banyak tokoh menarik. Setiap keluarga biasanya punya label yang secara sadar ataupun tidak sadar disematkan di masing-masing anggota keluarganya, seperti: tukang tidur, boros, selalu benar, sok tahu, manja, cengeng, tukang ngatur, tante bawel, metal a.k.a mellow total, om pelit, jorok, jarang mandi, keras kepala, pemberontak, dll. Saya yakin saat membaca label-label tadi ada wajah-wajah anggota keluarga yang melintas di benak kita. Yups, our family is a bunch of imperfect people live together. Keluarga adalah kumpulan orang-orang tidak sempurna -yang luar biasanya- disatukan dalam sebuah pertalian darah dan perkawinan dan berinteraksi dengan cukup intens. Bayangkan betapa chaos nya keadaan yang akan dihasilkan. So first thought, kalau keluarga kita bermasalah dan tidak sempurna, tidak perlu stress. Ini wajar. Teramat sangat manusiawi. Tuntutan terhadap kesempurnaan hanya akan menghasilkan kekecewaan dan keributan.


Di sisi lain, keluarga seharusnya merupakan unit terkecil perwujudan Kerajaan Allah di dunia. God creates family in order for it to reflect Godly value on earth. Keluarga adalah idenya Tuhan (Kejadian 2:24). Bagaimana mungkin membentuk gambaran Kerajaan Allah d bumi lewat keluarga yang notabene adalah kumpulan orang-orang yang jauh dari kata sempurna? This is where Love takes part.


Bayangkan setiap anggota keluarga dalam ketidaksempurnaanya sebagai potongan keramik. Ada yang bentuknya segitiga. Ada yang bentuk nya setengah lingkaran. Ada yang bentuknya segi delapan. Potongan-potongan ini baru akan dapat menjadi sebuah guci yang cantik kalau direkatkan dengan kuat. Potongan-potongan keramik yang awaknya tidak sempurna menjadi memiliki fungsi dan memberikan nilai keindahan saat disatukan. Kasih adalah perekat yang menyatukan pecahan-pecahan ketidaksempuranan menjadi gambaran yang indah. Kalau hubungan dalam keluarga kita retak atau pecah, mungkin kasih di dalam keluarga kita mulai tawar. 


Easy to say but really difficult to do. Yups, mengasihi memang tidak pernah mudah. Telebih mengasihi orang yang menurut kita menyebalkan. Diperlukan kedewasaan untuk dapat mengasihi orang lain sebagaimana adanya mereka namun menolak membiarkan mereka seadanya. Diperlukan kerendahan hati untuk dapat memaafkan namun tidak bersikap yang paling benar. Diperlukan hikmat untuk dapat mengasihi sekaligus mengajar. Again, yups mengasihi tidaklah mudah. Itulah sebabnya kasih adalah yang terbesar diantara iman dan pengharapan (1 Korintus 13:13). Karena saat kasih ditunjukan, disana iman nampak dan pengharapan tidak lenyap.


Now, let’s bring this concept to the ground. What's fundamental? What should we do?

Firstly, bersyukur atas kondisi keluarga apapun yang kita miliki. Kita tidak pernah dapat memilih siapa yang menjadi keluarga kita, tapi kita selalu dapat memilih untuk mencintai atau membenci. Bersyukur atau mengeluh. Memahami atau mengabaikan.


Secondly, belajar menerima dan melihar dari sudut pandang yang lain. It’s easier to judge than to understand. Lebih mudah untuk menghakimi daripada mencoba memahami. Kasih tidak menghakimi. Kasih mencoba mengerti dan memahami. Saat sepertinya terlalu sulit untuk mengasihi ingatlah kalau kita pun sebenarnya orang yang sulit untuk dikasihi. Don’t win a fight but lose a relationship, it’s not worth it. It is stupid.


Thirdly and the last, Kita bisa jadi tidak memiliki kendali atas keadaan, namun kita selalu punya kendali atas tindakan. Artinya kita punya kendali atas keluarga kita melalui tindakan yang kita lakukan. So stop complaining and start spreading LOVE in our family. 
Remember this: Family is God’s gift for us. Relationship within it is our gift to God.

No comments:

Post a Comment