Friday, September 28, 2012

Bankrupt?!



Dua bulan terakhir, cash flow gw rada berantakan. Lebih tepatnya sangat berantakan. Ternyata merenovasi rumah itu benar-benar bisa memiskinkan orang secara mendadak. Mungkin karena keinginan memiliki rumah yang cukup nyaman untuk ditinggali mengalahkan persiapan dana awal renovasi yang super mepet. Dengan perpaduan kontrakan yang sudah mau habis dan rencana orang tua untuk tinggal menetap bersama gw, terjadilah renovasi rumah yang teramat dipaksakan  secara biaya.


Beberapa hari belakangan, gw berada di kondisi yang "mengenaskan" secara financial. Dua rekening tabungan hampir mencapai bulat sempurna dan kandidat untuk dipermalukan mesin ATM dengan tulisan "Dana anda tidak mencukupi untuk melakukan penarikan". Di dalam dompet tersisa beberapa lembar uang untuk menyambung hidup sampai tanggal gajian, 5 Januari 2012. Seumur-umur gw nggak pernah merasa segini nggak berdaya nya secara financial. Thanks to combo hit dari cicilan rumah, biaya renovasi, biaya hidup 4 orang, dan tagihan kartu kredit berhasil memberikan pengalaman berharga buat gw. belum lagi ditambah dengan jumlah uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan renovasi rumah yang harus kelar sebentar lagi, angkanya berhasil membuat gw lemas. 

Gw adalah orang yang sangat mengandalkan logika dan sangat khawatir dengan hal yang menyangkut uang. Kombinasi fatal untuk kondisi kritis keuangan seperti yang sedang gw alami, alhasil gw ketar ketir memikirkan hidup gw beberapa hari kedepan dan bagaimana cara melunasi biaya renovasi rumah. Saat itu sama sekali nggak mudah menjawab tantangan Tuhan untuk memberikan persembahan yang terbaik. Gw diingatkan mengenai janda yang mempersembahkan uang terakhir yang dimilikinya. Beberapa kali lewat berbagai kesempatan gw diingatkan Allah yang gw punya adalah Allah yang berkuasa menjaga setiap anak-Nya. Allah yang punya otoritas atas hidup gw. Allah yang nggak akan membiarkan gw kelaparan.    

Gw berpikir janda itu pasti saat memberikan dirham terakhirnya menitikkan air mata. Air mata peperangan antara kekhawatiran kelanjutan hidup dan rasa percaya Allah sanggup menjaga, karena itu persis yang gw rasakan. Mengeluarkan selembar uang yang mampu membiayai hidup gw selama satu hari di saat seperti itu sama sekali nggak mudah. I jumped anyway. Dengan kekhawatiran dan keraguan yang masih membuncah gw belajar mempercayakan hidup gw di gengaman tangan-Nya. Gw berhasil masih tetap hidup sampai saat ini. Sama sekali nggak kelaperan. Dan some how tepat pada waktunya Tuhan menggerakkan beberapa tangan untuk membantu gw melunasi pembayaran renovasi rumah melalui pinjaman lunak dengan angkayang sama persis dengan yang gw bawa dalam doa, padahal gw nggak pernah menyebutkan angkanya sama sekali kepada siapapun.

Saat ini, kalau ada yang bertanya seperti apakah Yesus, Allah gw? Dengan lantang gw akan menjawab: Dia Allah yang ajaib. PertolonganNya tidak pernah terlalu cepat ataupun terlambat. Allah yang sanggup menjaga hidup gw. Allah yang mendengarkan. Allah yang menyediakan. Allah yang hidup.

No comments:

Post a Comment