Friday, September 28, 2012

Lessons from Kiddo


Siapa tuh anak yg elo gendong, Dy? Itu adalah Rafa. Siapa sih Rafa? Rafa secara DNA dan garis keturunan adalah keponakan gw, so far baru satu-satunya dari koko gw. Rafa mirip banget sama babenya, cuma Rafa versi ori-nya, sedangkan koko gw KW2 nya (he..he..peace bro). Jadi kita udah clear yah, itu bukan anak gw. Gw nggak nyulik anak orang. Gw nggak menutupi pernikahan gw dari infotainment manapun. Kalau belakangan ini gw agak menghindar, it's all simply because I just need my privacy a little (Hoooeeekkkssss...).


Bocah kloningan koko gw ini seminggu yang lalu singgah sejenak di Jakarta untuk berlibur. Sepertinya setelah bekerja lebih dari 12 jam sehari membanting tulang dikombinasikan dengan kurang tidur demi sesuap nasi dan segengam berlian, Rafa membutuhkan break out dari semua kesibukan yang mematikan itu (eh itu mah gw yah?!).  Sebenarnya sih gw curiga Rafa datang ke lembah durjana Jakarta ini, untuk memperluas kerajaannya. Rafa datang untuk menandai wilayahnya dengan cara yang sangat spesifik, yaitu: meninggalkan jejak pup, diapers basah, dan iler di sejumlah area yang dilaluinya. Alhasil dalam tiga hari dua malam kunjungan dinasnya ke Jakarta, Rafa berhasil memperbesar kekuasaannya melalui tambahan beberapa daerah strategis, antara lain: Lumire hotel, Pluit Emporium, Kelapa Gading Mall 1-3, jalur udara Semarang-Jakarta beserta infrastruktur bandara, sebagian wilayah Cikarang, dan pastinya bangku tengah Debee-baca: Dibi, mobil gw (iye mobil gw punya nama, nggak usah nyela deh). Tidak hanya Rafa yang punya hidden agenda dalam kunjungannya, ibu Suri pun juga sama. Sementara Rafa mencoba menguasai dunia, sang Ibu Suri (baca: nyokapnya) punya misi khusus: memuaskan dorongan roh Sale dan redeem point reward yang menguat hebat mengalahkan logika dompet manapun.

Nah, berhubung sang ibu Suri sangat sibuk dengan kegiatan pemuasan hawa nafsu kodratinya, yaitu shopping, gw sesekali kebagian jatah jadi babysitter. Tugas gw sederhana koq, pasang carrier, taroh Rafa dalam posisi bayi kangguru, trus bawa dia muter-muter mall deh. Selama 2 hari bareng Rafa plus beberapa jam jadi papa kangguru, gw belajar beberapa hal unik tentang Rafa dan juga tentang diri gw sendiri. These are what I’d like to share with you guys.

Rafa adalah seorang escalatorfil (asal kata: escalator + fil, seperti dalam pedofil). Gw cukup yakin kalo udah gede Rafa bakal jadi anak gaul yang kerjaannya nongkrong di mall. Secara, baru masuk mall aj dia udah cengengesan nggak jelas. Apalagi kalau naek eskalator, dia bisa ectasy tanpa perlu pake obat apapun, girang luar biasa. So, nggak terlalu susah bikin Rafa senang, cukup beliin satu eskalator buat di rumahnya.

Ada keuntungan spesifik dengan menjadi bayi laki-laki, bebas ngeliatin orang selama mungkin tanpa perlu khawatir dianggap melakukan pelecehan ataupun ngajakin berantem. Rafa suka banget menatap perempuan dalam waktu lama sambil senyum-senyum atau bengong, bahkan bisa sampe muter kepalanya (gw merasakan ada benih-benih sincan di gen-nya). Entah sudah berapa perempuan yang terbius terlena terkena jurus tatapan mautnya.

Satu lagi soal Rafa: cara mudah untuk tahu apakah dia pup atau tidak adalah dengan melihat perubahan mood nya. Kalau Rafa tetap rewel sekalipun udah dikasih susu, ato jalan-jalan dalam baby kanggoro mode, ato naek turun eskalator tiga kali, ataupun udah diajakin ngeceng di mall; artinya telah hadir "jus alpukat" tersaji dalam kemasan wadah diaper, waspadalah... Waspadalah!!!

Itu dari sisi Rafa. Kalo dari sisi gw, salah satu yang pasti adalah saat gw pake baby carrier gw langsung berasa jadi bapa-bapa (in a good way), bawaannya langsung protektif, senggol bacok mode:on. Nggak sekestreem itu sih, tapi emang aura melindunginya jadi lebih keluar, padahal gw nggak ikutan totok aura loh,  cuma sulam alis doank (??!!).

Hal lainnya, Gw jadi lebih sabar kalo nyetir mobil. Yang biasanya berlaku prinsip "Salip lah daku dan kau ku salip balik" dan "Biar zigzag asal selamat", berubah menjadi jauh lebih kalem, lebih beradab. Dengan adanya Rafa, Debee sangat jarang berlari lebih kencang dari 100 km/jam. Kalian pernah dengar sebuah filosofi dalam dunia persopiran: saat kita menyetir, orang yang lebih lambat dari kita adalah idiot dan yang lebih cepat adalah maniak? Well, I think I was labeled as idiot several times when I'm driving with Rafa.

Terakhir yang gw pelajari adalah hukum Distorsi kekonyolan: pada saat elo bersama anak kecil, sangatlah sah untuk berlaku konyol, bahkan hal konyol tersebut akan tampak imut, dibanding kalau elo melakukan kekonyolan tersebut tanpa anak kecil. Bingung? Gw kasih contoh yah, biar lebih nangkep. Coba elo maen hand puppet sendirian di tengah-tengah mall plus jangan lupa mengeluarkan suara-suara aneh (utk awal, elo bisa coba suara tikus kejepit pintu besi, trus disetrum listrik 2.000 Megavolt), gw jamin elo bakal diliatin sama orang-orang yang lewat plus dipikir agak terbelakang secara mental. Sekarang coba tambahkan anak kecil di tangan elo dan lakukan hal yang sama. Seketika dari seseorang yang terbelakang, elo  berubah menjadi ayah teladan. Dari "Apaan sih tuh orang?!" Menjadi " Ahhhh so sweeeetttt..." Efek yang sama berlaku untuk menyanyi dengan fals dan menggunakan ekspresi aneh pada wajah kita. With a baby in hand, stupid things will be justified as cute. That's the power of baby! (LOL)

Wah, nggak sabar pengen main sama Rafa lagi…see you in months kiddo J

No comments:

Post a Comment