Friday, September 28, 2012

Gw, Tuhan, Malaikat, dan Dajal



Hari ini cukup menguras pikiran dan emosi. Beberapa jam yang lalu gw baru saja dengan resmi merumahkan tiga orang karyawan gudang karena
hal yang bukan kesalahan mereka. In brief, karena alasan pribadi mereka nggak bersedia pindah ke gudang baru yang letaknya lumayan di ujung dunia, alhasil mereka nggak bisa join lagi dengan perusahaan. Dan gw baru dapet kabar kalau bakal ada satu lagi yang menyusul, plus besok gw harus melakukan hal yang sama dengan salah satu staff toko yang sedang sakit nggak jelas. Bedanya besok gw harus berhadapan dengan suaminya, karena istrinya mungkin belum bisa bebas bergerak krn sakitnya. What a day...

Bukan masalah ngomongnya,tapi masalah ngedengerin ceritanya. Salah satu dari tiga orang yang gw rumahkan adalah tulang punggung keluarga yang adik-adiknya masih sekolah. Salah satu lainnya,sedang kuliah semester awal dan butuh biaya buat bayar sks. Yang besok bakal gw hadapi adalah suami yang sedang bingung dengan ketidakjelasan penyakit istrinya.

Bukan masalah pesangonnya,karena gw tau pesangon yang mereka dapat secara value dan kontinuitas belum tentu sebanding dengan jika mereka memiliki pekerjaan. Syukur-syukur kalo langsung dapet kerjaan pengganti,kalo nggak? Apa kabar dengan sekolah adik-adiknya? Apa kabar dengan kuliahnya? Apa kabar dengan pengobatannya? Sepertinya pertanyaan-pertanyaaan yang ada di benak gw juga ada di kepala mereka,karena sekalipun kepala mengangguk tapi nampak pertanyaan besar di mata mereka.

Someone has to do the dirty works,and because of the role I have within company,the chosen one is me. Well, memang terkadang kita harus ngerjain hal yang kita nggak suka; dan faktanya memang akan selalu ada bagian yang menyebalkan dari pekerjaan yang kita cinta mati sekalipun. Dan inilah hal yang gw nggak suka itu. Inilah hal menyebalkan dari pekerjaan yang sebenarnya gw cinta mentok. Throwing dice at people's life.

Gw pernah denger orang bilang kalo perasaan kudu dilepasin dari pekerjaan. In other words, no emotion in profession. Berdasarkan pengalaman gw, itu wejangan yang luar biasa absurd. Secara gw bukan robot,pasti gw punya perasaan. Kalo gw berhadapan cuman dengan kalkulator ato monitor komputer,mungkin aj wejangan sakti itu bisa diterapkan. Tapi kalo kerjaannya kaya gw? Berurusan sama orang dan segala problematikanya, mana mungkin?! You have to use not only your thought but also heart when you dealing with people's life.

At some point, part of their life is in my hand and decision. Hari ini Gw serasa menjadi perpaduan tuhan,malaikat,dan dajal. Dan satu hal yang pasti, gw nggak bakat jadi Tuhan.

No comments:

Post a Comment